Kamis, 20 Juni 2013

Lensa Mata dan Katarak

Anatomi dan Fisiologi Lensa

Lensa merupakan suatu struktur yang transparan, bikonveks, avaskular, dan terletak di antara iris dan korpus vitreus. Lensa memiliki diameter antara 9-10 mm dan ketebalannya bervariasi sesuai dengan usia dari 3,5 mm sampai 5 mm. Lensa memiliki dua permukaan yaitu permukaan anterior yang memiliki radius kelengkungan sekitar 10 mm dan permukaan posterior yang memiliki radius kelengkungan sekitar 6 mm. Kedua permukaan ini bertemu pada garis ekuator. Struktur lensa terdiri dari:

§   Kapsula lensa
Merupakan suatu membran hialin tipis dan transparan yang melapisi lensa dan lebih tebal pada permukaan anterior (14µm) dibandingkan permukaan posterior lensa (3µm).
§   Epitel lensa
Terletak di bagian anterior lensa dan ekuator antara kapsul dan serat lensa. Lapisan epitel lensa terbentuk dari selapis sel kuboid. Pada bagian ekuator sel ini menjadi sel kolumnar yang secara aktif membelah untuk membentuk serat lensa yang baru.
§   Nukleus dan korteks lensa
Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus-menerus sehingga mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa sehingga membentuk nukleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu dibentuk atau serat lensa yang tertua di dalam kapsul lensa. Di dalam lensa dapat dibedakan nukleus embrional, fetal, infantile, dan dewasa. Di bagian luar nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut sebagai korteks lensa. Korteks yang terletak di sebelah depan nukleus lensa disebut sebagai korteks anterior, sedangkan dibelakangnya korteks posterior. Nukleus lensa mempunyai konsistensi lebih keras dibanding korteks lensa yang lebih muda.


Lensa merupakan struktur yang memiliki fungsi sangat besar dalam mekanisme refraksi cahaya. Beberapa aspek fisiologis penting pada lensa adalah transparasi lensa, aktivitas metabolime pada lensa, dan proses akomodasi.



Lensa harus dijaga tetap jernih dan transparan. Beberapa faktor yang menjaga transparansi lensa adalah:

v  Avaskular
v  Struktur sel dalam lensa
v  Pengaturan protein lensa
v  Karakter kapsul lensa yang semipermeabel
v  Mekanisme pompa yang mengatur keseimbangan elektrolit dan air dalam lensa


Akomodasi merupakan suatu mekanisme perubahan fokus pada lensa mata sehingga gelombang cahaya dari objek yang dekat dapat difokuskan dengan baik dan dapat dilihat dengan jelas. Mekanisme ini menghasilkan perubahan bentuk lensa oleh aksi dari muskulus siliaris pada serat-serat zonula.


Lensa memerlukan suplai energi ATP secara kontinyu untuk transpor aktif dari ion dan asam amino, sintesis protein dan GSH. Sebagian besar energi yang diproduksi digunakan di epitel yang merupakan situs utama dari proses transpor aktif. Sebagai struktur yang avaskular, lensa sangat bergantung pada pertukaran kimia dengan aqueous humor untuk metabolismenya. Komposisi kimia dari lensa dan pertukarannya dengan aqueous humor dapat dilihat pada gambar di bawah ini.


Glukosa merupakan sumber energi yang esensial untuk lensa. Pada lensa 80% glukosa dimetabolisme secara anaerobik melalui jalur glikolitik dan 15% melalui jalur HMP shunt serta sebagian kecil melalui siklus Krebs.


Katarak
Definisi
Katarak merupakan suatu keadaan dimana lensa mata menjadi keruh. Katarak berasal dari bahasa Yunani cataracta yang berarti air terjun. Kelainan ini merupakan penyebab kebutaan paling umum dan dapat secara konvensional disembuhkan dengan operasi. Penurunan penglihatan terjadi karena opasifikasi dari lensa yang mengobstruksi cahaya yang masuk sehingga tidak dapat difokuskan ke retina.

Epidemiologi
Berdasarkan data WHO tahun 2010, katarak merupakan penyebab dari 51% kebutaan di seluruh dunia atau sekitar 20 juta orang. Secara global katarak menyebabkan disabilitas sedang sampai berat pada 53,8 juta orang dimana 52,2 juta orang terdapat di negara berkembang. Di Indonesia pada tahun 2005 dilaporkan bahwa Indonesia memiliki prevalensi katarak tertinggi di Asia Tenggara.

Etiologi
Etiologi terjadinya katarak masih belum sepenuhnya diketahui. Namun pada lensa yang mengalami katarak ditemukan agregasi protein yang menghamburkan cahaya dan mengurangi transparansi lensa. Efek lainnya dari perubahan protein yang terjadi adalah perubahan warna lensa menjadi kekuningan atau kecoklatan. Faktor-faktor yang diduga berkontribusi terhadap katarak adalah:
Ø Hereditas
Faktor genetik memiliki peran yang besar pada insidensi, onset usia, dan maturasi dari katarak senile.
Ø Sinar ultraviolet
Pajanan terhadap sinar UV yang besar dihubungkan dengan onset dan maturasi  yang cepat dari katarak pada banyak studi epidemiologi.
Ø Faktor diet
Defisiensi dari asam amino, vitamin, dan elemen esensial yang lainnya juga dihubungkan dengan onset dan maturasi dari katarak senile.
Ø Merokok
Merokok juga banyak dihubungkan dengan onset katarak. Merokok menyebabkan akumulasi dari molekul pigmen 3-hidroksikinurinine dan kromofores, yang menyebabkan kekuningan. Cyanates pada rokok menyebabkan denaturasi protein dan karbamilasi.

Patogenesis
Katarak senile kortikal
Proses biokimia utama yang terjadi adalah penurunan kadar dari protein, asam amino, dan kalium yang diasosiasikan peningkatan natrium dan hidrasi dari lensa diikuti koagulasi dari protein. Diagram alur dari proses katarak senile kortikal dapat dilihat pada gambar di bawah.

Katarak senile nuklear
Terjadi perubahan degeneratif berupa dehidrasi dan kepadatan dari nukleus yang berujung pada katarak yang keras. Hal ini disertai dengan peningkatan dari protein tidak larut air. Namun jumlah dari protein dan distribusi kation tetap normal.

Tahap Maturasi Katarak
Katarak senile kortikal
1.Separasi lamellar
Terjadi demarkasi dari serat kortikal oleh cairan. Fenomena ini hany bisa dilihat melalui slit lamp dan bersifat reversibel.
2.Insipien
Pada tahap ini opasitas sangat awal dapat dideteksi dengan area yang jernih di antaranya dapat terlihat. 2 tipe katarak senile kortikal dapat dibedakan pada tahap ini yaitu tipe kuneiform dan kupuliform.
3.Imatur
Pada tahap ini opasifikasi sudah lebih progresif. Tipe kuneiform dan kupuliform masih dapat dibedakan sampai pada akhir tahap imatur saat opasifikasi sudah semakin ireguler dan difus. Lensa terlihat putih keabuan namun korteks yang jernih masih terlihat dan bayangan iris masih visibel.1.      Matur
Pada tahap ini opasifikasi menjadi komplit. Seluruh lensa menjadi berwarna keputihan.
4.Hipermatur
Bila katarak matur dibiarkan, maka tahap hipermatur akan terjadi. Tahap hipermatur dapat terjadi dalam 2 jenis yaitu tipe Morgagnian dan tipe sklerotik.


Katarak senile nuklear
Proses sklerotik membuat lensa menjadi keras dan tidak elastis, menurunkan daya akomodasi dari lensa tersebut dan obstruksi dari cahaya yang masuk. Perubahan ini dimulai dari sentral menuju ke perifer sampai menutupi kapsul saat menjadi matur. Nukleus dapat menjadi keabuan secara difus atau kuning kehitaman karena deposit dari pigmen. Beberapa contoh pigmen yang sering ditemukan dapat dilihat pada gambar di bawah ini

Tanda dan Gejala
Beberapa gejala yang dapat timbul pada katarak adalah:
Ø  Mata silau
Ø  Poliopia uniokular
Ø  Coloured halos
Ø  Bintik hitam
Ø  Pandangan buram atau berkabut
Ø  Hilangnya penglihatan

Tatalaksana
Pembedahan
ICCE (Intracapsular cataract extraction)
Pada teknik ini lensa yang keruh beserta kapsulnya dikeluarkan. Karena itu dibutuhkan zonula yang telah lemah atau mengalami degenerasi. Karena alasan ini biasanya teknik ini tidak dapat dikerjakan pada pasien yang lebih muda. ICCE bisa dilakukan pada pasien 40-50 tahun dengan bantuan enzim alfakimotripsin yang akan melemahkan zonula. Teknik ini sekarang sudah jarang digunakan seiring perkembangan jaman dan telah ada teknik baru yang lebih modern.

ECCE (Extracapsular cataract extraction)
Pada teknik ini sebagian besar kapsul anterior beserta epitel, nukelus, dan korteks dikeluarkan meninggalkan kapsul posterior yang masih intak.

Medikamentosa
Terdapat beberapa preparat seperti garam kalsium iodium dan kalium iodium yang biasa diberikan dengan tujuan untuk memperlambat progesitivitas dari katarak. Namun sampai sekarang belum ada hasil konklusif dan studi yang membuktikan peran preparat tersebut dalam memperlambat katarak. Selain itu ada juga yang menyebutkan peran vitamin E dan aspirin dalam memperlambat katarogenesis.


Daftar Pustaka
1. Khurana AK. Comprehensive Ophthalmology. 4thed. New Delhi: New Age International (P) Limited Publisher; 2007. 260-2
2. Kanski JJ, Bowling B. Clinical ophthalmology: a systemic approach [ebook]. 7th ed. USA: Saunders Elsevier. 2011
3. Eva PR, Whitcher JP. Vaughan & Asbury’s general ophthalmology [ebook]. 17th ed. USA: The McGrawHill Company; 2007.