OBESITAS1
Obesitas merupakan kondisi dimana terdapat kelebihan akumulasi lemak
tubuh sampai pada batas dimana hal tersebut dapat menyebabkan efek yang buruk
pada kesehatan seperti penurunan angka harapan hidup dan masalah kesehatan lainnya. Pengukuran yang paling banyak digunakan
adalah dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh dimana seseorang dianggap obesitas apabila hasil pengukuran IMT melebihi
25 untuk orang Asia dan 30 untuk orang Eropa.
Obesitas merupakan “penyebab kematian yang dapat dicegah” terbesar
seiring dengan peningkatan prevalensinya baik pada orang dewasa maupun
anak-anak. Obesitas meningkatkan
kecenderungan berbagai penyakit terutama penyakit jantung, diabetes mellitus
tipe 2, beberapa jenis kanker, OSA (obstructive sleep apnea), dan
osteoarthritis.
HIPERTENSI1,2
Hipertensi merupakan
suatu keadaan dimana tekanan darah arterial sistemik meningkat. Hal ini berarti
bahwa jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh.
Hipertensi yang persisten merupakan faktor risiko dari penyakit stroke, infark
miokardium, gagal jantung, dan aneurisma. Hipertensi diklasifikasikan menjadi 2
jenis yaitu hipertensi primer (esensial) dan hipertensi sekunder.
Pada hipertensi
primer penyebab dari kondisi hipertensi masih belum diketahui secara pasti.
Hipertensi jenis ini mencakup 90-95% kasus hipertensi. Meskipun penyebabnya
belum diketahui secara pasti, namun telah diketahui faktor-faktor yang
mempengaruhi yaitu sedentary lifestyle,
merokok, stress, obesitas (lebih dari 85% kasus terjadi pada orang dengan IMT
lebih dari 25), defisiensi potassium (hipokalemia), sodium sensitivity, konsumsi alkohol, dan defisiensi vitamin D.
Hipertensi sekunder
merupakan kondisi hipertensi akibat suatu penyebab yang telah diidentifikasi.
Hipertensi tipe ini sangat penting untuk dikenali karena penatalaksanaannya
berbeda dengan hipertensi esensial. Hipertensi jenis ini dapat disebabkan oleh
ketidakseimbangan regulasi hormon oleh sistem endokrin yang meregulasi volume
plasma darah dan fungsi jantung seperti hipertiroidisme dan hipotiroidisme.
Berdasarkan data
epidemiologi, obesitas merupakan suatu faktor utama yang mempengaruhi tekanan
darah dan juga perkembangan hipertensi. Berdasarkan studi Framingham ditemukan
bahwa peningkatan berat berat badan sebesar 15% dapat menyebabkan peningkatan
tekanan darah sistolik sebesar 18%.
Patofisiologi
hipertensi pada pasien obesitas hipertensi baik anak maupun dewasa masih belum
jelas. Secara karakteristik pasien memiliki aktivitas saraf simpatik yang
meningkat, peningkatan level insulin, dan peningkatan aktivitas sistem RAAS. Obesitas
memiliki sejumlah efek pada fungsi renal yang mengakibatkan penigkatan tekanan
darah yaitu peningkatan reabsorpsi sodium, ekspansi volume intravaskular
(karena aktivitas sistem saraf simpatik dan RAAS), dan kompresi fisik renal.
SLEEP DISORDERED
BREATHING1,3
Sleep disordered
breathing didefinisikan sebagai hilangnya pola normal pernapasan saat tidur dan
berkisar dari kelainan yang ringan seperti mendengkur(snoring) sampai kelainan
yang berat seperti hipoventilasi nokturnal dan gagal napas (respiratory
failure) saat tidur.
Mendengkur (snoring) adalah
suara bising yang disebabkan oleh aliran udara melalui
sumbatan parsial saluran nafas pada bagian belakang hidung dan mulut yang terjadi saat tidur. Sumbatan terjadi akibat kegagalan
otot-otot dilator saluran nafas atas melakukan
stabilisasi jalan nafas pada saat tidur. Gangguan
tidur dengan gejala utama
mendengkur adalah Obstructive Sleep Apnea
(OSA). OSA ditandai dengan kolaps berulang dari saluran nafas atas, baik komplet atau parsial selama tidur.
Akibatnya aliran udara berkurang atau berhenti sehingga
terjadi desaturasi oksigen dan penderita
berkali-kali terbangun (arousal). Arousal dan desaturasi oksigen mengakibatkan penderita OSA sering mengalami kantuk yang
berlebihan pada siang hari, kelelahan,
iritabilitas, gangguan perhatian, dan konsentrasi.
Gejala yang dapat ditemukan pada
penderita OSA adalah mendengkur, mengantuk
yang berlebihan pada siang hari, rasa tercekik pada waktu tidur, apnea, nokturia, sakit kepala pada pagi hari, penurunan libido
sampai impotensi dan enuresis, mudah
tersinggung, depresi, kelelahan yang luar biasa dan
insomnia.
Obesitas merupakan salah satu faktor
risiko yang paling kuat pada OSA dimana obesitas menyebabkan penurunan ukuran
upper airway dan mempengaruhi kolapsnya upper airway. Lingkar leher dapat
menjadi indeks dalam mengukur deposisi lemak pada leher terutama bantalan lemak
faringeal lateral dan deposisi lemak ini dapat mengarah pada penyempitan jalan
udara dan OSA. Studi Imaging menunjukkan peningkatan deposisi lemak pada pasien
obesitas dengan OSA. Studi lain menunjukkan bahwa pasien OSA dengan obesitas
memiliki ukuran lidah yang lebih besar dan volume upper airway yang lebih
kecil. Terlepas dari penyempitan saluran napas atas, deposisi lemak di dada dan
perut juga memiliki kontribusi terhadap OSA. Obesitas abdominal dapat
menurunkan volume paru-paru khususnya pada posisi terlentang dan mengakibatkan
penurunan ukuran saluran napas atas karena volume paru-paru secara langsung
mempengaruhi ukuran airway saat respirasi.
OSTEOARTHRITIS4,5,6,7,8
Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degeneratif
yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Kelainan utama pada OA adalah kerusakan
rawan sendi, dapat diikuti dengan penebalan tulang subkondral, pertumbuhan osteofit, kerusakan ligamen dan peradangan ringan sinovium, sehingga sendi bersangkutan membentuk efusi. Bagian tubuh
yang paling sering terkena osteoarthritis adalah tulang belakang, panggul,
lutut, dan pergelangan kaki. Berdasarkan patogenesisnya OA dapat dibagi menjadi
2 jenis yaitu osteoarthritis primer dan sekunder.
Osteoarthritis primer
disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang penyebabnya masih belum diketahui
secara pasti dan tidak berhubungan dengan penyakit sistemik maupun perubahan
lokal pada sendi Sedangkan OA sekunder merupakan OA yang didasari oleh adanya
kelainan endokrin, metabolik, inflamasi, pertumbuhan, jejas makro dan mikro,
dan imobilisasi yang terlalu lama.
Osteoartritis terjadi akibat kondrosit
(sel pembentuk proteoglikan dan
kolagen pada rawan sendi) gagal dalam memelihara keseimbangan antara degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler, sehingga
terjadi perubahan diameter dan orientasi serat
kolagen yang mengubah biomekanik
dari tulang rawan, yang menjadikan tulang rawan sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik.
Dari penelitian yang dilakukan Lau et al, Yoshinori et al, dan Abbate et
al, berat badan berlebih secara nyata berkaitan dengan meningkatnya risiko
untuk timbulnya OA baik pada pria maupun wanita. Dati penelitian Grothe et al,
obesitas tidak hanya berhubungan dengan OA pada sendi yang menanggung beban seperti sendi lutut namun
juga OA pada sendi lain (tangan dan sternoklavikula). Oleh karena itu disamping
faktor mekanis yang berperan (karena peningkatan beban) diduga juga terdapat
faktor metabolik dan hormonal yang berperan pada timbulnya kaitan tersebut. Peran faktor metabolik dan hormonal pada OA
dan obesitas ini juga didukung oleh adanya kaitan antara OA dan penyakit
jantung koroner, DM, dan hipertensi. Pasien OA memiliki risiko yang lebih
tinggi untuk terkena hipertensi dan penyakit jantung koroner dibandingkan orang
tanpa OA.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Kopelman PG,
Caterson ID, Dietz WH. Clinical obesity in adults and children 3rd
ed. UK: Blackwell Publishing, 2010.
2.
Kotsis, et al.
Mechanism of obesity-induced hypertension. Hypertension Research, 2010;
p.386-393.
3.
Saragih AR. Mendengkur
“the silent killer” dan upaya penanganannya dalam meningkatkan kualitas hidup.
Medan: Universitas Sumatera Utara, 2007.
4.
Sudoyo AW, et
al. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III edisi 5. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI,2009; p.2538-2541.
5.
Lau, et al.
Factors associated with osteoarthritis of the hip and knee in Hong Kong
Chinese: obesity, joint injury, and occupational activities.American Journal
Epidemiology, 2000; 152: 855-862.
6.
Yoshimura, et
al. Risk factors for knee osteoarthritis in japanese men. Modern Rheumatology,
2006; 16; 108-112.
7.
Abbate, et al.
Anthropometric measures, body composition, body fat distribution, and knee
osteoarthritis in women. The North American Association for the Study of
Obesity, 2006; 14: 1274-1281.
8.
Grotle, et al. Obesity and osteoarthritis in knee, hip and/or hand: An
epidemiological study in the general population with 10 years follow-up. BMC Musculosceletal Disorder,
2008; 9: 132.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar