Sabtu, 05 Juli 2014

Porphyria (Penyakit pada Drakula)

Porphyria merupakan penyakit metabolik akibat dari kelainan atau defisiensi dari enzim tertentu pada jalur biosintesis heme. Enzim-enzim ini paling banyak dan aktif berada pada sumsum tulang dan hati. Sebagai akibat dari defisiensi enzim tersebut, maka terdapat peningkatan dan akumulasi dari porphyrins atau prekursor-prekursornya. Akumulasi ini biasanya terjadi pada jaringan, kulit, dan ada juga yang diekskresikan dari urine dan feses. Penyakit ini dapat bermanifestasi secara neurologis atau manifestasi kulit atau keduanya.

Jalur Biosintesis Heme


Defisiensi dari enzim-enzim spesifik yang berperan dalam jalur biosintesis heme diasosiasikan dengan jenis porphyria yang spesifik pula. Misalnya defisiensi pada enzim ALAS2 (δ-Aminolevutimate synthase) merupakan X-linked protoporphyria. Munculnya manifestasi klinis dari setiap jenis porphyria juga dapat berbeda, ada yang timbul pada masa anak-anak, post-pubertas, maupun saat dewasa. Pada tabel di bawah ini dapat dilihat jenis-jenis porphyria beserta defisiensi dari enzim yang terjadi.


Porphyria dapat diklasifikasikan berdasarkan patofisiologi yang mendasari yaitu porphyria hepatik dan porphyria eritropoetik. Klasifikasi ini dibuat berdasarkan sumber produksi prekursor porphyrins yang berlebih yaitu dari hati (porphyria hepatik) atau dari sumsum tulang (porphyria eritropoetik). Selain itu juga terdapat klasifikasi berdasarkan gejala klinis yaitu porphyria akut dan porphyria kutan. Pada porphyria akut terjadi gejala neurologis yang diasosiasikan dengan peningkatan dari prekursor porphyrin ALA(δ-Aminolevulinic acid) dan PBG(Porphobilinogen) baik salah satu atau keduanya. Manifestasi neurologis yang umum terjadi adalah nyeri abdominal, gangguan motilitas usus (seperti diare atau konstipasi), dysesthesia, paralisis muskular, dan yang paling fatal gagal napas. Sedangkan pada porphyria kutan, terjadi fotosensitivitas yang diakibatkan transpor porphyrin dalam darah menuju kulit dari hati atau sumsum tulang. Pada kasus yang lebih jarang dapat terjadi dual porphyria yaitu defisiensi dari 2 jenis enzim dalam jalur biosintesis heme.

Mekanisme terjadinya fotosensitivitas pada pasien porphyria adalah terjadi penumpukan porphyrin di kulit. Porphyrin ini memiliki tingkat absorpsi gelombang (peak light absorption range) yang sama dengan panjang gelombang dari cahaya. Porphyrin yang telah menyerap/tereksitasi dengan cahaya ini menghasilkan radikal bebas dan ROS yang kemudiang mengakibatkan peroksidasi lipid dan crosslinking dengan membran protein, dalam hal ini eritrosit, yang berujung pada hemolisis.

Mekanisme gejala neurologis pada pasien porphyria masih belum diketahui dengan jelas. Hipotesis mengatakan bahwa prekursor-prekursor porphyrin yang menumpuk bersifat neurotoksik. Namun patofisiologi secara jelas belum dapat diketahui.

Daftar Pustaka
1. Kliegman RM, Stanton B, Geme JW, Schor NF, Behrman RE. Nelson Textbook of Pediatrics 19th ed. Elsevier;2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar