Sabtu, 05 Juli 2014

Ketoasidosis Diabetikum

Ketoasidosis
Ketoasidosis merupakan mekanisme fisiologis sebagai kompensasi dari starvasi. Pada keadaan puasa, tubuh mengubah metabolisme yang menggunakan karbohidrat menjadi oksidasi lemak. Asam lemak bebas diproduksi oleh adiposit dan dibawa ke hati melalui ikatan dengan albumin. Asam lemak bebas ini akan dipecah menjadi asetat dan kemudian ketoasid (asetoasetat dan beta-hidroksibutirat). Ketoasid ini kemudian disalurkan ke jaringan perifer (termasuk otak dan otot) untuk terjadinya oksidasi. Pada kondisi ketosis ini, diproduksi pula aseton yang menjadi aroma khas”fruity” pada pasien.
Pasien diabetes mellitus tipe 1 cenderung lebih mudah terkena ketoasidosis karena pasien dengan diabetes melitus tipe 1 secara absolut tidak dapat memproduksi insulin. Glukosa di sirkulasi tidak dapat digunakan untuk metabolisme tanpa adanya insulin sehingga jalur ketosis akan digunakan secara “maksimal”, dimana keton akan digunakan pada jaringan perifer dan terjadi ketosis.Selain itu, respon glukagon akan meningkatkan kadar glukosa darah sehingga terjadi diuresis osmotik.

Tatalaksana
Terdapat empat komponen dalam tata laksana ketoasidosis diabetikum, yaitu pemberian cairan untuk mengatasi dehidrasi, insulin, serta koreksi kalium dan bikarbonat.
Jam ke
Infus I
(NaCl 0,9%)
Infus II
(Insulin)
Koreksi K+
Koreksi HCO3
0-1
2 kolf, ½ jam
1 kolf, ½ jam


Pada jam ke-2
Bolus 180 mU/kgBB, dilanjutkan dengan drip insulin 90 mU/jam/kgBB dalam NaCl 0,9%

Bila GD <200 mg/dL, kecepatan dikurangi 45 mU/jam/kgBB

Bila GD stabil 200-300 mg/dL,
Selama 12 jam dilakukan drip insulin 1-2 unit/jam, lakukan sliding scale biasa setiap 6 jam:
Glukosa darah        Insulin SK
<200                         -
200-250                    5 U
250-300                   10 U
300-350                   15 U
>350                        20 U
Setelah sliding tiap 6 jam, dapat dihitung kebutuhan insulin harian = 3xsehari sebelum makan


50 mEq/6 jam
(dalam infus)

Bila kadar K+
<3     è 75
3-4,5 è 50
4,5-6 è 25
>6    è 0












Bila sudah sadar, beri K+ oral selama 1 minggu
Bila pH
<7   è 100 mEq
7-7,1è 50 mEq
>7,2 è 0

1-2
2 kolf
2-3
1 kolf
3-4
1 kolf
4-5
½ kolf
Bila GD <200 mg/dL, ganti Dekstrose 5%
*Pemantauan:
- kadar glukosa darah tiap jam dengan glukometer
- elektrolit setiap 6 jam selama 24 jam, selanjutnya tergantung keadaan
- analisis gas darah: bila pH <7 saat masuk, periksa setiap 6 jam hingga pH >7,1, selanjutnya setiap hari hingga stabil
- tekanan darah, nadi, frekuensi pernapasan, volume urin setiap jam.
*Pengobatan umum:
- antibiotika yang adekuat
- oksigen bila PO2<80 mmHg
- heparin bila ada DIC atau bila hiperosmolar berat (380 mOsm/L).

Daftar Pustaka
1. Perkumpulan Endokrinologi Indinesia. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus tipe 2 di Indonesia. 2011
2. Skema penatalaksanaan ketoasidosis diabetik. Dalam: Petunjuk praktis pengelolaan diabetes melitus tipe 2. Jakarta: Perkeni; 2008. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar