Ketoasidosis
Ketoasidosis
merupakan mekanisme fisiologis sebagai kompensasi dari starvasi. Pada keadaan
puasa, tubuh mengubah metabolisme yang menggunakan karbohidrat menjadi oksidasi
lemak. Asam lemak bebas diproduksi oleh adiposit dan dibawa ke hati melalui
ikatan dengan albumin. Asam lemak bebas ini akan dipecah menjadi asetat dan
kemudian ketoasid (asetoasetat dan beta-hidroksibutirat). Ketoasid ini kemudian
disalurkan ke jaringan perifer (termasuk otak dan otot) untuk terjadinya
oksidasi. Pada kondisi ketosis ini, diproduksi pula aseton yang menjadi aroma
khas”fruity” pada pasien.
Pasien diabetes mellitus tipe 1 cenderung lebih mudah terkena ketoasidosis karena pasien dengan diabetes melitus tipe 1 secara absolut tidak dapat memproduksi insulin. Glukosa di sirkulasi tidak dapat digunakan untuk metabolisme tanpa adanya insulin sehingga jalur ketosis akan digunakan secara “maksimal”, dimana keton akan digunakan pada jaringan perifer dan terjadi ketosis.Selain itu, respon glukagon akan meningkatkan kadar glukosa darah sehingga terjadi diuresis osmotik.
Pasien diabetes mellitus tipe 1 cenderung lebih mudah terkena ketoasidosis karena pasien dengan diabetes melitus tipe 1 secara absolut tidak dapat memproduksi insulin. Glukosa di sirkulasi tidak dapat digunakan untuk metabolisme tanpa adanya insulin sehingga jalur ketosis akan digunakan secara “maksimal”, dimana keton akan digunakan pada jaringan perifer dan terjadi ketosis.Selain itu, respon glukagon akan meningkatkan kadar glukosa darah sehingga terjadi diuresis osmotik.
Tatalaksana
Terdapat
empat komponen dalam tata laksana ketoasidosis diabetikum, yaitu pemberian
cairan untuk mengatasi dehidrasi, insulin, serta koreksi kalium dan bikarbonat.
Jam ke
|
Infus I
(NaCl 0,9%)
|
Infus II
(Insulin)
|
Koreksi K+
|
Koreksi HCO3
|
0-1
|
2 kolf, ½ jam
1 kolf, ½ jam
|
Pada jam ke-2
Bolus 180 mU/kgBB, dilanjutkan dengan
drip insulin 90 mU/jam/kgBB dalam NaCl 0,9%
Bila GD
<200 mg/dL,
kecepatan dikurangi 45 mU/jam/kgBB
Bila GD stabil
200-300 mg/dL,
Selama 12 jam dilakukan drip insulin
1-2 unit/jam, lakukan sliding scale biasa setiap 6 jam:
Glukosa darah Insulin SK
<200 -
200-250 5 U
250-300 10 U
300-350 15 U
>350 20 U
Setelah sliding tiap 6 jam, dapat
dihitung kebutuhan insulin harian = 3xsehari sebelum makan
|
50 mEq/6 jam
(dalam infus)
Bila kadar K+
<3 è 75
3-4,5 è 50
4,5-6 è 25
>6 è 0
Bila sudah sadar, beri K+
oral selama 1 minggu
|
Bila pH
<7 è 100 mEq
7-7,1è 50 mEq
>7,2 è 0
|
1-2
|
2 kolf
|
|||
2-3
|
1 kolf
|
|||
3-4
|
1 kolf
|
|||
4-5
|
½ kolf
|
|||
Bila GD <200 mg/dL, ganti Dekstrose
5%
|
*Pemantauan:
-
kadar glukosa darah tiap jam dengan glukometer
-
elektrolit setiap 6 jam selama 24 jam, selanjutnya tergantung keadaan
-
analisis gas darah: bila pH <7 saat masuk, periksa setiap 6 jam hingga pH
>7,1, selanjutnya setiap hari hingga stabil
- tekanan darah, nadi, frekuensi pernapasan, volume
urin setiap jam.
*Pengobatan umum:
-
antibiotika yang adekuat
-
oksigen bila PO2<80 mmHg
- heparin bila ada DIC
atau bila hiperosmolar berat (380 mOsm/L).
Daftar Pustaka
1. Perkumpulan Endokrinologi Indinesia. Konsensus Pengelolaan
dan Pencegahan Diabetes Melitus tipe 2 di
Indonesia. 2011
2. Skema penatalaksanaan
ketoasidosis diabetik. Dalam: Petunjuk praktis pengelolaan diabetes melitus
tipe 2. Jakarta: Perkeni; 2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar