LEUKIMIA
Leukimia
adalah sebuah kelompok kelainan yang dikarakteristikan oleh akumulasi sel darah
putih malignan pada sumsum tulang dan peredaran darah. Sel darah putih yang
abnormal ini akan menyebabkan gejala-gejala karena (1) kegagalan sumsum tulang
(misal anemia, netropenia, trombositopenia) dan (2) infiltrasi ke organ-organ
(misal hati, limpa, kulit, otak, dll).
Leukimia
dapat diklasifikasikan menjadi 4 klasifikasi utama yaitu leukimia akut dan
leukimia kronik yang lebih lanjut masing-masing dibagi menjadi 2 subtipe lagi
yaitu myeloid dan limfoid.
LEUKIMIA
LIMFOBLASTIK AKUT
Leukimia
jenis ini merupakan leukimia yang disebabkan akumulasi dari akumulasi limfoblas
pada sumsum tulang dan salah satu keganasan paling umum pada masa kanak-kanak
meskipun 20% kasus LLA ini terjadi pada dewasa. Lebih dari 80% kasus, sel-sel
ganas berasal dari limfosit B dan sisanya berasal dari sel T. Jika tidak
diobati maka leukimia ini bersifat fatal.
EPIDEMIOLOGI
Insidens
leukimia limfoblastik akut adalah sekitar 1/60000 orang pertahun dengan 75%
pasien berusia kurang dari 15 tahun. Kasus LLA mencakup 25% dari seluruh jenis
kasus kanker yang mengenai anak-anak di bawah usia 15 tahun. Adapun insidens
puncak terjadi pada usia 3-5 tahun. LLA sedikit lebih banyak ditemukan pada
pria dibandingkan dengan wanita. Saudara kandung dari pasien LLA memiliki
risiko 4x lebih besar untuk terkena berkembang menjadi LLA dan kembar monozigot
dari pasien LLA memiliki risiko 20% untuk berkembang menjadi LLA.
KLASIFIKASI
Terdapat
klasifikasi morfologi untuk leukimia limfoblastik akut dari the FAB(French-American-British) yaitu :
§ L1 : Sel Blas berukuran kecil
seragam dengan sitoplasma sedikit dan nukleoli yang tidak jelas
§ L2 : Sel Blas berukuran besar
heterogen dengan nukleoli yang jelas dan rasio inti-sitoplasma yang rendah.
§ L3 : Sel Blas dengan sitoplasma
basofilik dan bervakuola.
Pada
umumnya tipe L1 lah yang sering ditemukan pada anak sedangkan kebanyakan LLA
pada dewasa memiliki morfologi L2. Sekitar 95% dari seluruh tipe LLA kecuali
sel B memiliki suatu ekspresi yang meningkat dari terminal deoxynucleotidyl
transferase (TdT) suatu enzim nuklear yang terlibat dalam pengaturan kembali
gen reseptor sel T dan imunoglobulin..
ETIOLOGI
Penyebab
LLA pada orang dewasa sebagian besar masih belum diketahahui. Faktor keturunan
dan sindroma predispoisisi genetik lebih berhubungan dengan LLA yang terjadi
pada anak-anak. Beberapa faktor lingkungan dan kondisi yang berhubungan dengan
LLA adalah : (1)radiasi ionik, (2)paparan terhadap kadar benzene tinggi dapat
menyebabkan aplasia sumsum tulang, kerusakan kromosom, dan leukimia, (3)merokok,
(4)obat kemoterapi, (5)infeksi virus Epsrein Barr berhubungan dengan LLA, dan (6)pasien
dengan sindroma Down atau Wiskott-Aldrich.
PATOGENESIS
MOLEKULER
Kelainan sitogenetik
yang sering ditemukan pada LLA dewasa adalah t(9;22)/ BCR-ABL (30%) dan
t(4;11)/ ALL1-AF4 (6%). Kedua kelainan sitogenetik ini berhubungan dengan
prognosis yang buruk. Fusi gen BCR-ABL ini merupakan hasil translokasi kromosom
9 dan 22 yang dapat dideteksi dengan rt-PCR.
Pada
anak-anak kelainan yang sering ditemukan adalah t(12;21)/ TEL-AML1 (30%) yang
memiliki prognosis yang cukup baik.
MANIFESTASI
KLINIS
Gambaran
klinis pasien LLA sangat bervariasi dimana pada umumnya menggambarkan kegagalan
sumsum tulang atau keterlibatan ekstrameduler oleh sel leukimia. Gejala-gejala
yang dapat ditemukan :
v Anemia
v Anoreksia
v Nyeri tulang
v Demam
v Infeksi mulut
v Perdarahan kulit (petechiae)
v Hepatomegali
v Splenomegali
DIAGNOSIS
Pendekatan
yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis LLA adalah :
Ø Anamnesis
Ø Pemeriksaan Fisik
Ø Pemeriksaan Laboratorium
Hitung darah lengkap,
apus darah tepi, pemeriksaan koagulasi, kimia darah, dll.
Ø Foto Toraks
Ø Pungsi Lumbal
Ø Aspirasi dan Biopsi Sumsum Tulang
TATALAKSANA
Terapi
untuk LLA terdiri dari kontrol sumsum tulang dan penyakit sistemiknya juga
pencegahan dan terapi untuk SSP. Lama rata-rata terapi LLA berkisar 1,5-3 tahun
dengan tujuan untuk mengeradikasi populasi sel leukimia. Terapi LLA dibagi
menjadi:
Induksi remisi
Intensifikasi atau konsolidasi
Profilaksis SSP
Pemeliharaan jangka panjang
Induksi remisi
Intensifikasi atau konsolidasi
Profilaksis SSP
Pemeliharaan jangka panjang
Terapi
Induksi Remisi
Tujuan
terapi ini adalah untuk mencapai remisi komplit hematologik yaitu eradikasi sel
leukimia yang dapat dideteksi secara morfologi dalam darah dan sumsum tulang
serta kembalinya hematopoiesis normal. Terapi ini biasanya terdiri dari
prednison, vinkristin, dan antrasiklin. Tambahan obat lainnya bisa
siklofosfamid, sitarabin, dan merkaptopurin.
Terapi
prednison dan vinkristin menghasilkan remisi komplit sekitar 50% pasien LLA de novo. Penambahan antrasiklin
memperbaiki remisi komplit menjadi 70-85%.
Terapi
Intensifikasi
Setelah
tercapai remisi komplit, dilakukan terapi intensifikasi yang bertujuan
mengeliminasi sel leukimia residual untuk mencegah relaps dan timbulnya sel
resisten obat. Terapi ini dilakukan juga pada 6 bulan kemudian. Studi dari Cancer and Leukemia Group B menunjukkan
durasi remisi dan kelangsungan hidup lebih baik pada pasien LLA yang mencapai
remisi dan mendapat 2x terapi intensifikasi daripada pasien yang tidak mendapat
terapi intensifikasi. Berbagai dosis mielosupresi dari obat yang berbeda
diberikan tergantung protokol yang digunakan.
Profilaksis
SSP
Profilaksis
SSP sangat penting dalam terapi LLA karena sekitar 50-75% pasien LLA yang tidak
mendapat terapi profilaksis ini akan mengalami relapps pada SSP. Profilaksis
SSP terdiri dari kombinasi kemoterapi intratekal, radiasi kranial, dan
pemberian obat yang memiliki bioavaibilitas SSP tinggi seperti metotreksat dan
sitarabin dosis tinggi.
Pemeliharaan
Jangka Panjang
Terapi ini
terdiri dari 6-merkaptopurin setiap hari dan metotreksat seminggu sekali selama
2-3 tahun. Pada LLA anak terapi ini memperpanjang disease free survival namun pada LLA dewasa angka relaps tetap
tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hoffbrand AV, Moss PAH, Pettit JE. Essential
hematology 5th ed. Massachussets: Blackwell Publishing. 2006.
2. Sudoyo
AW, et all. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
3. Kumar et al. Robbins and Cotran : Pathologic Basis of
Disease 8th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier, 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar